PADANG-Daging merupakan protein yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Namun, ternyata harga daging sangatlah tidak sepadan dengan pendapatan masyarakat menengah ke bawah, tapi kan ada peternakan?
Inilah yang menjadi permasalahan dalam peternakan di Indonesia. Kita sebenarnya banyak peternakan, hanya saja kurangnya perhatian dan pengetahuan akan pentingnya peternakan dan kurangnya pakan ternak yang berkualitas serta teknologi penanganan dan pengobatan pada ternak.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor daging sapi Indonesia mencapai 238.433,6 ton dengan nilai US$834,28 juta pada 2023.
Volumenya naik 5,67% dibandingkan setahun sebelumnya yang mencapai 225.650,1 ton senilai US$861,58 juta.
Sementara itu, impor terus menerus dilakukan, angka impor daging sapi di Indonesia sangat tinggi.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi memutuskan, volume impor daging sapi untuk tahun ini sebesar 145.250,60 ton. Angka itu diputuskan berdasarkan hasil penghitungan ulang volume impor daging lembu konsumsi reguler.
Namun volume tersebut belum termasuk volume impor daging sapi dan daging kerbau beku penugasan pemerintah kepada BUMN pangan. Apalagi melihat permintaan daging sapi nasional yang terus meningkat ternyata tidak sejalan dengan kemampuan penyediaan daging sapi nasional.
Oleh karena itu pemerintah harus melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi nasional. Dalam proses pemenuhan kebutuhan ini, pemerintah menerapkan sistem swasembada daging sapi yang mengacu pada program swasembada pangan nasional.
Program ini tidak sepenuhnya berjalan dengan baik karena banyak kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan bagi para peternak. Salah satu penyebab kegagalan swasembada sapi ini yaitu kurangnya sosialisasi atau penyuluhan bagi para peternak.
Kebijakan impor daging sapi pemerintah ini belum dapat berjalan maksimal, karena ada beberapa pelanggaran yang terjadi seperti penyelundupan daging sapi, kecurangan importir oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang merugikan negara.
Pemerintah seharusnya lebih membuka mata untuk peternakan, kita bisa saja. menghasilkan daging yang banyak dan berkualitas, tetapi kebutuhan untuk beternak ini mengalami banyak kekurangan, seperti yang menjadi permasalahan penting di peternakan, yaitu sulitnya mendapatkan pakan ternak yang berkualitas serta sumber daya manusianya.
Apalagi di beberapa kelompok peternakan, masalah yang sering dihadapinya yaitu sulitnya mencari pakan ternak dan rendahnya sumber daya manusia, sehingga produksi peternakan lokal tidak memenuhi kebutuhan masyarakat.
Jika daging di Indonesia sedikit itulah yang akan membuat harganya melejit, dan menjadi permasalahan yang sangat urgent, jika pemerintah terus mengadakan impor daging tentu ini akan menyebabkan inflasi tidak hanya di peternakan tetapi seluruh lapisan masyarakat.
Guna mengurangi impor daging sapi, maka peternakan harus lebih diperhatikan baik dari segi teknologi ,pakan , pemeliharaan, kesehatan dan manajemen kandang lainnya. Tidak hanya itu, pentingnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi daging lokal sehingga permintaan daging impor akan menurun. (NUR KHOPIPAH LUBIS, Mahasiswa Jurusan Peternakan, Universitas Andalas)