PADANG-Ketika terminal Lintas Andalas masih ada, ANS dan NPM merupakan penguasa rute Padang-Bukittinggi. Sejak terminal pindah ke Aie Pacah, bus mengalami masa sulit.
Penumpang bus enggan ke terminal karena jaraknya yang jauh dari pusat kota. Ketika terminal dipindah, travel liar malah bermunculan di tengah kota. Bahkan, puluhan meter dari terminal yang ditutup, banyak menjamur travel.
Travel itu malah dibiarkan menjamur. Angkutan travel itu merupakan mobil pribadi yang menjadi angkutan umum. Kebijakan pemerintah aneh-aneh saja, angkutan resmi dijauhkan dari penumpang, sementara angkutan tak resmi malah dibiarkan.
Sejak penumpang makin sepi, ANS mencoba bertahan di rute Padang-Bukittinggi. ANS juga mengikuti PO lain yang mengoperasikan bus engkel, namun ANS harus menepi dan nyalakan sein kiri di lintasan Padang-Bukittinggi. ANS fokus ke AKAP, bukan lagi AKDP.
Gagal lanjutkan dominasi di rute Padang-Bukittinggi, ANS sukses di lintasan Bandung-Jakarta-Bandung. Sejak peremajaan armada besar-besaran, ANS Kembali kukuhkan sebagai pemain senior yang tak tergoyahkan di lintasan Sumbar-Jabodetabek.
Kini, santer disebut-sebut kalau ANS akan hidupkan kembali kelas super eksekutif setelah sukses dengan luxury class di lintasan Jakarta-Sumbar. (*)