PADANG-Maman, seorang sopir yang juga merangkap pedagang sayur tersenyum riang mendengar Sumatera Barat akan memiliki tol. Dia mendapat kabar kalau nantinya jarak tempuh Padang ke Pekanbaru cuma tiga jam.
Kalau tersambung tol, Padang dan Pekanbaru, travel tak perlu lagi berangkat malam. Kalau kedua kota itu bisa ditempuh dengan waktu 3,5 jam saja, ngapain travel berangkat malam lagi. Jelang ayam berkokok pun bisa berangkat. Sebab, waktu tempuh memang singkat.
Travel berangkat malam dari Pekanbaru ke Padang atau sebaliknya, bertujuan agar pagi sampai di lokasi yang dituju. Dengan demikian, pagi bisa lansung beraktivitas atau bekerja.
Kalau tol sudah rampung, para pengguna jalan pasti riang lantaran tiga jam itu merupakan waktu ideal, sebab hingga kini bila ke Pekanbaru butuh waktu paling tidak sembilan hingga sepuluh jam. Waktu tempuh itu dengan catatan tidak ada kemacetan antara Padang dengan Bukittinggi, maupun Bukittinggi–Payakumbuh.
“Kalau macet berarti terlambat sampai di Pekanbaru. Kalau macet, dagangan bisa tak laku,” kata seorang pengguna jalan yang rutin melintasi ruas Pekanbaru-Padang.
Tol Padang-Pekanbaru merupakan bagian dari Trans Sumatera. Impian besar pemerintah, dari Lampung hingga Banda Aceh tersambung tol, sehingga ekonomi tumbuh dan mobilitas manusia, barang dan jasa menjadi lancar.
Tol Padang-Pekanbaru merupakan bagian dari Trans Sumatera. Impian besar pemerintah, dari Lampung hingga Banda Aceh tersambung tol, sehingga ekonomi tumbuh dan mobilitas manusia, barang dan jasa menjadi lancar.
Maman menyebut, banyak sopir yang butuh tol. Bila jarak tempuh singkat, bahan bakar yang dipergunakan juga irit. Tiap hari dia bertemu dengan rekannya sesama sopir, rata-rata ingin tol segera terwujud. Sebab, Riau merupakan potensi besar bagi Sumatera Barat. Masyarakat di Bumi Lancang Kuning butuh sayur, beras, kelapa, rempah dan lain sebagainya dari Tanah Minang.
Bukan hanya sopir pembawa sayuran yang butuh tol. Mereka yang bergerak di sektor jasa transportasi juga memerlukan akses yang lancar. Bobi, sopir travel Padang-Pekanbaru menyebut, sekarang dia hanya bisa melayani penumpang sekali dalam sehari. Berangkat pagi dari Padang, sampai sore di Pekanbaru. Normalnya, pagi hari berikutnya baru kembali ke Padang. “Terlalu banyak waktu habis di jalan, tak efisien,” kata dia.
Bobi butuh tol bukan saja lantaran banyak perantau Sumbar di Pekanbaru, sehingga mobilitas warga begitu tinggi, namun ada yang peluang yang lebih besar dan menguntungkan bagi Sumatera Barat di masa depan.
Masyarakat Riau menjadikan Sumatera Barat sebagai tempat berwisata. Bila ada liburan panjang, hotel di Bukittinggi penuh oleh warga provinsi tetangga. “Jadi, transportasi yang lancar, berarti pemasukan bagi Sumbar,” kata dia.
Pak sopir ingin pembangunan tol di Sumbar dipercepat. “Jangan kalah dari Riau,” kata mereka.(*)