PADANG-Banyak ruas rel kereta api di Sumatera Barat. Rel kereta yang dinikmati sekarang merupakan warisan kolonial.
Warisan sejarah itu harus dijaga dan dilestarikan. Susah payah nenek moyang membangun rel itu. Mereka dipaksa kerja oleh pemerintahan penjajahan Belanda.
Lalu, mengapa Belanda bangun rel kereta api di Sumatera Barat? Di Sumatera Barat, jaringan kereta api dibangun untuk menghubungkan Kota Padang dengan tambang-tambang batu bara di Ombilin.
Pada 1883, daerah perkebunan tembakau di Sumatera Timur juga mengambil prakarsa untuk membangun jaringan kereta api. Akan tetapi, tujuan pembangunan rel kereta api oleh pemerintah Belanda di Sumatera tidak hanya didorong oleh pertimbangan ekonomi, tetapi juga untuk kepentingan politik dan militer.
Hal ini dapat dilihat di Aceh, yang secepat mungkin ingin ditaklukkan oleh Belanda. Pada akhir periode sistem ekonomi liberal, di beberapa daerah Pulau Sumatera telah dibangun jaringan kereta api sepanjang kurang lebih 400 kilometer. Pembangunan ini cukup mengesankan, meskipun masih tertinggal jauh dibanding dengan pembangunan di Jawa. Sebab, di pulau-pulau lain tidak dilakukan pembangunan jalur rel kereta api.
Kini, jalur kereta api di Sumatera Barat akan diaktifkan lagi. Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi menyatakan, reaktivasi jalur kereta api di sejumlah wilayah telah masuk dalam agenda pemerintah provinsi.
“Jalur Padang-Padang Pariaman-Kayu Tanam yang sudah ada, termasuk Padang,” ujar Mahyeldi di Padang, Sabtu (4/5/2024).
Mahyeldi menuturkan, selain jalur tersebut, reaktivasi juga akan dilakukan pada jalur Padang Panjang-Sawahlunto, Padang Panjang-Bukittinggi dan Bukittinggi-Payakumbuh.
Koordinasi intensif dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan terus dilakukan.
“Kita sudah berkoordinasi dengan Dirjen Perkeretaapian. Kita sedang mencari lokomotif yang sesuai dengan jalur rel di Sumbar. Kemungkinan lokomotifnya ada di Swiss,” ungkap Mahyeldi.
Di Padang, kereta api difokuskan sebagai angkutan publik. “Hal ini (reaktivasi) sudah kita tuangkan dalam RPJ 2025 Sumatera Barat,” kata Mahyeldi.
Reaktivasi jalur kereta api di lintas Padang-Bukittinggi tidak hanya akan meningkatkan sektor transportasi, tetapi juga membangkitkan kembali nostalgia masa lampau dan membuka peluang baru bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Rel kereta api merupakan warisan sejarah kolonial. Kereta api juga merupakan saksi perjalanan sejarah bangsa ini. Pemerintah kolonial membangun rel kereta api untuk menghubungkan antar daerah.
Kereta api memiliki sejarah Panjang. Khusus Sumatera Barat, jalur kereta api dimulai pada zaman penjajahan Belanda dengan pembangunan jalur Pulau Air ke Padang Panjang yang diresmikan pada 6 Juli 1887. Jalur kereta api itu diteruskan ke Bukittinggi sepanjang 90 kilometer dan dioperasikan mulai November 1891.
Hingga kini, banyak ruas kereta api di Sumbar yang tak lagi aktif. Jalur yang dibangun sejak zaman Belanda itu akan diaktifkan lagi. Ada sejumlah ruas yang jadi prioritas. (*)