SOLOK-Semangat Kampung Indonesia mengalir melalui KSU-ED (Koperasi Serba Usaha Ekonomi Desa) Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Kampung Berseri Astra (KBA) Talang Babungo ini mampu memberikan semangat baru bagi warganya dalam mengembangkan kewrirausahaan melalui koperasi ini. Jumlah anggota terus bertambah, modal koperasi pun meningkat.
“Jumlah anggota KSU ED Tabek sudah 670 orang hingga Oktober 2018 ini,” ujar Ketua KSU-ED Tabek, Yenimra Malin Parmato. Jumlah ini jauh di atas jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada di Tabek. Saat ini ada 450 KK atau 1.568 jiwa warga Tabek. Tabek berada pada urutan ketiga terbesar dilihat dari jumlah penduduk di Nagari Talang Babungo.
KBA Talang Babungo memiliki tujuh jorong yakni Jorong Talang Barat dengan penduduk 2.215, Jorong Talang Timur ada 1.858 warga, Tabek dengan 1.568, Jorong Bulakan 1.339 jiwa, Jorong Taratak Jarang dengan 921 jiwa, Jorong Silanjai dengan 676 jiwa dan Jorong Taratak Dama hanya memiliki 257 jiwa. Inilah jorong dengan penduduk paling sedikit.
“Kehadiran program KBA mampu membangkitkan gairah masyarakat untuk memajukan kampung ini,” ujar Yenimra didampingi Darmiatis, Koordinaor Bidang Kesehatan pada KBA Talang Babungo ini. Bukan hanya koperasi yang berkembang dan terus melangkah maju, pendidikan, kesehatan dan lingkungan pun memperlihatkan kemajuan, meninggalkan kampung-kampung lainnya.
KSU-ED Tabek, papar Yenimra, sudah berdiri sejak 1997, dan memiliki Badan Hukum sejak 14 Agustus 2000. Pada awalnya bernama UED-SP (Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam). Saat itu, jumlah anggota hanya 17 orang, dengan jumlah modal Rp2.100.000., Simpanan Pokok Rp150.000, sementara simpanan wajib sebesar Rp12.000/bulan.
“Saat ini simpanan wajib tetap Rp12.000/bulan,” ujar Yenimra, yang sudah ikut menggawangi koperasi ini sejak awal berdiri. Dengan simpanan wajib Rp12.000/bulan, koperasi sudah memiliki modal Rp4,7 miliar. Dana terbesar yang bisa diputar justru datang dari simpanan sukarela anggota yang mencapai Rp170.000.000/orang. Beberapa anggota mempercayai uang miliknya disimpan di KSU-ED Tabek ini.
Kepercayaan anggota terhadap kepengurusan KSU-ED Tabek ini sangat tinggi. Tidak ada rasa curiga, dananya akan habis dan hilang begitu saja saat disimpan di koperasi. Bahkan kalau pada awalnya, jumlah simpanan sukarela hanya jutaaan rupiah saja. Kini meningkat menjadi puluhan bahkan ratusan juta. Simpanan sukarela ini yang jarang ada pada koperasi lainnya di Kabupaten Solok, maupun Sumatera Barat pada umumnya. Wajar jika KSU-ED Tabek ini menjadi koperasi terbaik saat ini.
“Kami mulai dari pengurus dan tokoh masyarakat,” ujar Yenimra. Pengurus koperasi yang meminjam diberi warning sejak awal, agar tidak melakukan penunggakan atau keterlambatan. Hal yang sama juga diberlakukan kepada tokoh masyarakat atau ninik mamak, yang menjadi anggota koperasi, mereka mematuhi jadwal pengembalian.
‘Kemacetan di koperasi ini 0,000%,” ujar Yenimra, untuk menggambarkan minimnya kemacetan pengembalian pinjaman. Inilah yang meningkatkan kepercayaan anggota dan masyarakat pada koperasi ini. Dengan simpanan wajib Rp12.000/bulan, koperasi bisa mendapatkan simpanan sukarela lebih dari Rp100 juta dari anggotanya. Koperasi menjadi pilihan bagi masyarakat untuk menyimpan dananya. Di samping jumlah simpanan yang meningkat, jumlahnya anggota yang memberikan simpanan sukarela pun bertambah.
“Sejak KBA hadir, koperasi ini pun kian bergairah,” aku Yenimra. Empat pilar program yang dimiliki KBA ini saling mendukung dan sulit dipisahkan. Pendidikan, kewirausahaan, lingkungan dan kesehatan saling menguatkan. Dulu jalan ke koperasi ini masih jalan tanah, sekarang sudah dibeton, masyarakat pun kian mencintai koperasi ini. Mereka datang teratur saat koperasi beroperasi.
“Jadwal operasi koperasi pada Selasa dan Jumat,” jelas Yenimra. Pada dua hari itulah, transaksi simpan pinjam dilakukan. Anggota koperasi akan memadati ruang koperasi ini untuk bertransaksi. Tidak ada saling berdesakan dan rebutan untuk mendapatkan layanan lebih awal. Mereka antri dengan tertib, sebagaimana laiknya layanan di bank.
Sebagai koperasi Jorong, jelas Yenimra, KSU-ED Tabek ini, sudah bisa memberikan pinjaman kepada anggotanya mencapai Rp175 juta. Jumlah yang tidak kecil untuk memutar usaha perekonomian desa. Apalagi sebagian besar warga Tabek berprofesi sebagai petani. Pinjaman ini termasuk besar, pengurus menyepakati tanpa jaminan atau boroh. Kalau minjam di bank, bisa jadi diminta jaminan sertifikat tanah dan BPKB dan jaminan lainnya, tetapi di sini jaminannya hanya kepercayaan.
“Anggota malu jika mengembalikan cicilan tidak tepat waktu,” ujar Yenimra. Tingginya rasa kepercayaan kepada anggota dan besarnya rasa malu anggota jika melanggar AD/ART, menjadikan koperasi ini tumbuh dan berkembang dengan slogan anti macet. Dengan tingkat kemacetan 0,000 persen, menumbuhkan rasa kepercayaan anggota kepada pengurus. Inilah yang mendorong para anggota untuk terus meningkatkan simpanan sukarelanya.
Tabek, jelas Yenimra, dikenal dengan sentra gula tebu. Industri rumah tangga ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Kehadiran KBA sejak 2016 membangkitkan gairah para petani tebu. Produksi mereka meningkat, harga jual bersaing, kualitas kian baik, apalagi baru saja petani tebu mendapatkan alat pengolahan gula semut. Peralatan yang mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas gula tebu atau gula semut di Tabek.
“Ampas tebu pun sekarang sudah diolah menjadi kompos,” ujar Yenimra. KSU-ED Tabek menjalin kerja sama dengan Unand Padang. Sehingga kalau sebelumnya ampas tebu menjadi sampah yang menyebabkan bau kurang sedap di sekitar penyulingan tebu, kini justru sulit untuk mendapatkan ampas tebu tersebut. Ampas tebu pun bernilai ekonomi.
Sejak adanya pengolahan ampas tebu ini, papar Yenimra, bukan hanya masyarakat Tabek yang merasakannya. Unand pun mendapatkan keuntungan yang tidak sedikit. Setiap tahun ada mahasiswa Unand yang meneliti di Tabek. Entah sudah berapa sarjana “ampas tebu” yang dihasilkan Unand. Penelitian mereka seputar tebu maupun ampas tebu.
“Koperasi baru saja mendapatkan pelatihan dari Balai Diklat Lingkungan Hidup (BDLH) Medan, Sumatera Utara,” ujar Yenimra. Sebanyak 40 orang anggota KSU-ED Tabek mengikuti diklat selama tiga hari di aula koperasi ini. Instruktur langsung dari BDLH Medan. Materi yang diberikan seputar pengelolaan Hutan Kemasyarakatan. Selain dianjurkan melakukan budidaya aren, masyarakat juga diajak untuk memelihara sumber air yang ada di hutan kemasyarakatan.
Melalui program Kampung Berseri Astra ini, jelas Yenimra, masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra. KBA membuka pintu kian lebar bagi perusahaan dan lembaga lain untuk melakukan aksi sosial di Tabek, Talang Babungo ini. (waitlem)