JAKARTA-Banyak warga mempertanyakan, mengapa harga tiket bus masih mahal, kendati masa angkutan mudik sudah berakhir.
Memang sejak 1 April 2024, tiket bus Jakarta-Sumbar mahal. Perusahaan otobus mulai menerapkan tuslah atau penyesuaian tarif. Hal itu lazim terjadi tiap tahun. Hal serupa juga berlaku untuk angkutan balik.
Pertanyaannya, kenapa tarif tuslah diterapkan tiap arus balik? Pengusaha menerapkan tarif tuslah bukan untuk mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya, atau memanfaatkan aji mumpung.
Tuslah diterapkan guna menutupi biaya operasional. Dalam musim balik, bus hanya berisi satu arah. Ketika musim balik, penumpang hanya ramai dari Sumbar ke Jakarta. Sementara dari Jakarta ke Sumbar nyaris kosong.
Guna melayani penumpang, walau bus kosong tetap akan diberangkatkan. Jadi, jangan salah paham dengan penerapan tuslah.
Kembali normal
Mulai 19 April mendatang, tiket bus Sumbar akan kembali ke posisi normal. Selama arus mudik dan balik, manajemen perusahaan otobus menerapkan kebijakan tarif tuslah.
Penyesuaian tarif saat angkutan mudik dan balik lebaran itu guna menutupi biaya operasional. Tiket normal bus Sumbar berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp750 ribu untuk kelas ekonomi dan eksekutif.
Sementara untuk kelas sleeper berkisar antara Rp850 ribuan hingga Rp1 jutaan.
Harga tiket tersebut untuk rute Padang-Jakarta. Sedangkan untuk jurusan Sumbar-Bandung, biasanya ditambah sekitar Rp50 ribu lagi untuk masing-masing kelas.
Bus Sumbar menyediakan beragam kelas untuk rute Jakarta dan Bandung. Ada eksekutif, ada ma unjua, ada sutan class, ada suite combi, ada luxury, ada dream class, suite family, kudo gadang, ninik mamak dan sebagainya.
Sedangkan untuk rute Sumbar-Jambi, tiket biasanya berkisar antara Rp210 ribu hingga Rp250 ribu tergantung kelas. Bus yang melayani rute itu secara reguler adalah Family Raya, NPM, Jambi Transport dan Transport Express Jaya. (*)