Secara umum, membaca merupakan suatu kegiatan untuk memahami isi dari suatu teks bisa dengan bersuara ataupun di dalam hati. Kita sedari kecil sudah dituntut agar bisa membaca, karena pada dasarnya membaca merupakan salah satu cara agar seseorang dapat menuntut ilmu
Namun, jika kita melihat bahkan merasakantingkat kesadaran akan pentingnya membaca di Indonesia sedang turun. Berdasarkan data UNESCO, menunjukkan minat baca masyarakat Indonesia itu hanya mencapa 0,001% yang artinya hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang rajin membaca. Dalam kalangan siswa/ mahasiswa pun kita masih melihat kurangnya minat membaca.
Tentunya hal ini sangat memperihatinkan, menginggat kalangan muda itu yang nantinya menjadi tombak penentu arah Negara Indonesia ini akan menjadi apa kedepannya. Jika kita melihat ke negara-negara yang tergolong negara maju, mereka memaksa anak-anak mereka untuk membaca bahkan sejak kecil karena mereka menyadari keuntungan dari membaca itu sendiri.
Bahkan UNESCO telah menetapkan 23 April sebagai Hari Buku Sedunia, yang bertujuan mempromosikan kesenangan dan kegembiraan pada aktivitas membaca buku. Hal ini menunjukan bahwa pentingnya menumbuhkan minat membaca.
Mengapa minat membaca di Indonesia mengalami penurunan ?
Jika dirunut, terdapat faktor-faktor dan sebab musabab mengapa minat membaca di Indonesia itu tidak begitu di minati. Jika dilihat faktor terbagi menjadi dua, yakni faktor internal dan eksternal.
- Faktor Internal.
Jika dilihat minat membaca dari masyarakat Indonesia itu sangatlah kurang karena dalam diri pribadinya belum tertanam budaya membaca. Pembiasaan membaca sejak kecil mungkin kurang tersampaikan dengan baik sehingga tidak muncul pembiasaan untuk membaca.
Selain itu rasa malas dan bosan terhadap membaca suatu buku juga menjadi penyebabnya. Mereka beranggapan bahwa membaca hanya membuang-buang waktu saja karena mereka sibuk menghabiskan waktu mereka dengan bermain. Apabila dilihat dikalangan orang dewasa, kurangnya minat mereka untuk membaca bisa saja karena mereka buta huruf. Terlalu sibuk terhadap pekerjaan mereka sehingga mereka tidak memiliki waktu membaca.
- Faktor Eksternal.
Perkembangan teknologi merupakan suatu pencapaian umat manusia dalam memudahkan kehidupan manusia itu sendiri. Namun perkembangan teknologi juga bertanggungjawab dan menjadi alasan menurunnya minat membaca masyarakat Indonesia.
Awalnya kehadiran televisi membuat masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi dan hiburan serta meninggalkan majalah, koran, buklet dan media cetak lainnya. Setelahnya kehadiran smartphone dan adanya media tiktok, instagram dan vidio pendek (video short) membuat orang lebih suka menonton vidio pendek untuk mendapatkan informasi dan hiburan yang sangat instan dan mudah dipahami oleh penonton.
Selain itu, rendahnya pendidikan tentunya membaca buku bukanlah suatu perioritas untuk dilakukan karena lingkungan juga memengaruhi diri individu untuk melakukan sesuatu termasuk kebiasaan membaca seperti berada di lingkungan malas membaca membuat timbul adanya stigma bahwa membaca itu membosankan,berat, dan tidaklah bermanfaat.
Kurangnya fasilisat yang ada sepertu perpustakaan daerah atau kemampuan dalam membeli media bacaan seperti koran, buku atau majalah membuat masyarakat susah untuk menumbuhkan rasa minat membaca.
Selain itu, terdapat kebiasaan buruk yang biasaanya muncul dalam pandangan masyarakat Indonesia mengenai, stigma mendapatkan sesuatu dengan instan/ tanpa perjuangan juga memengaruhi penurunan minat membaca. Karena masyarakat meresa membaca meruapkan suatu hal yang berat untuk dilakukan sehingga mereka menyalahgunakan teknologi/ memggunakan Artificial Intelegent dalam menemukan informasi tanpa harus membaca.
Jadi bagaimana cara mengatasinya ?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, minat membaca perlulah di pupuk sedari kecil. Karena berdasarkan riset membaca buku bagi anak dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan kognitif pada anak yang meliputi cara mengingat, berfikir logis, imajinasi dan pengayaan kosa kata. Hal ini juga perlu melalui kesadaran para orang tua untuk memperkenalkan buku kepada anak-anaknya.
Bisa dimulai dengan menceritakan suatu buku cerita/ kisah-kisah sebelum tidur ataupun juga bisa membelikan buku-buku anak dengan design yang menarik perhatian anak-anak baik berupa gambar ataupun bentuknya, seperti buku yang terbuat dari kain flanel yang dapat melatih sensori bayi.
Dengan demikian itu bisa menjadi saranan belajar anak sekaligus bermain serta menjadikan buku sebagai hadiah, agar sang anak bisa menjadikan buku tersebut sebagai benda berharga dan buku itu bisa dibaca kapan saja dan akan selalu ada jika dijaga dengan baik.
Di lingkungan pendidikan pun juga mulai menggalakan kebiasaan membaca dengan membuat program seperti komunitas membaca dan komunutas perpustakan. Membuat program pojok baca, dengan membuat rak buku disudut kelas dengan para siswanyalah yang mengisi rak dengan membawa buku seperti novel, manga, majalah dan lainnya dari rumah sehingga mereka bisa bertukar buku bacaan diantara masing-masing dari mereka.
Membuat target/tantangan membaca buku yang nantinnya akan diberikan hadiah atau syarat lulus suatu mata pelajaran/kuliah. Selain itu menyediakan fasilitas yang nyaman untuk membaca seperti louge, perpustakaan, taman dan lainnya.
Mulailah dengan menumbuhkan rasa minat baca melalu buku yang sesuai dengan minat agar mengurangi rasa bosan dan meningkatkan keseriusan dalam membacanya.
Jadi, budaya minat membaca itu sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia disuatu negara. Karena pada dasarnya membaca memberikan manfaat dan insight masyarakatnya.
Jika kita berkaca kepada negara maju mereka memang menjadikan membaca sebagai bagian dari keseharian mereka, karenanya mereka memiliki sumber daya manusia yang berkualitas yang mendorong adanya kreasi dan inovasi dalam memajukan negaranya. (Rustu Dzikri Rabbani, dari Departemem Sejarah di Universitas Andalas)