opini  

Rapat Organisasi Hingga Larut Malam: Antara Efektivitas dan Tantangan

Ilustrasi rapat
Ilustrasi rapat

Menyandang status sebagai mahasiswa sangatlah besar tanggung jawabnya. Mahasiswa seringkali dilekatkan dengan status sebagai kaum intelektual. Tanggung jawab moral dan sosial tak bisa lepas dari Mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya sibuk dalam urusan akademik, akan tetapi Mahasiswa harus punya peranan penting dalam kehidupan ditengah masyarakat.

Kehidupan mahasiswa tidak hanya berputar pada kegiatan akademik, tetapi juga pada organisasi dan kegiatan non-akademik. Rapat organisasi pada malam hari sering kali dipilih sebagai solusi untuk mengakomodasi jadwal anggota organisasi yang sibuk di siang hari. Dengan banyaknya tugas kuliah, praktikum, dan kegiatan individu lainnya, malam menjadi waktu yang “ideal” bagi mahasiswa untuk berkumpul dan berdiskusi.

Selain itu, budaya rapat malam mencerminkan semangat kolektif dan dedikasi mahasiswa terhadap tanggung jawab organisasi. Dalam rapat ini, berbagai keputusan penting diambil, masalah dipecahkan, dan ide-ide kreatif dihasilkan. Namun, frekuensi dan durasi rapat yang sering kali berlangsung hingga larut malam juga dapat menjadi indikasi manajemen waktu yang kurang efisien atau agenda rapat yang tidak terstruktur dengan baik.

Budaya rapat malam hari sering kali berakar pada keterbatasan waktu. Sebagai mahasiswa, keseharian mereka dipadati oleh kegiatan akademik seperti kuliah, praktikum, dan tugas. Oleh karena itu, malam menjadi satu-satunya waktu yang relatif longgar untuk berkumpul dan mendiskusikan agenda organisasi.
Selain itu, rapat malam hari juga dianggap menciptakan suasana informal dan rileks, yang memungkinkan anggota lebih bebas menyampaikan pendapat mereka. Dalam beberapa kasus, waktu malam memberi kesempatan lebih besar untuk mendalami topik tanpa gangguan eksternal, seperti jadwal lain atau suasana kampus yang sibuk di siang hari.

Rapat malam hari sering kali menjadi momen untuk mempererat hubungan antar anggota organisasi. Diskusi yang lebih santai memungkinkan terjalinnya komunikasi yang lebih akrab, sehingga menciptakan rasa kebersamaan. Budaya ini juga melatih mahasiswa dalam menghadapi situasi yang membutuhkan pengambilan keputusan cepat atau bekerja di bawah tekanan, yang relevan dalam dunia kerja.

Di sisi lain, rapat malam sering kali menjadi ajang belajar soft skills seperti manajemen waktu, kepemimpinan, dan pemecahan masalah. Banyak mahasiswa menganggap pengalaman ini sebagai kesempatan berharga untuk mengasah keterampilan non-akademik yang tidak mereka dapatkan di ruang kuliah.
Meski memiliki manfaat, budaya ini tidak lepas dari tantangan dan dampak negatif. Salah satu kritik terbesar adalah pengaruhnya terhadap kesehatan. Rapat hingga larut malam dapat mengganggu pola tidur, menyebabkan kelelahan, dan pada jangka panjang menurunkan produktivitas akademik.

Baca Juga  Jangkrik Pangan Alternatif

Efektivitas rapat malam juga sering dipertanyakan. Tidak jarang, rapat yang berlangsung hingga tengah malam diwarnai pembahasan yang bertele-tele atau kekurangan fokus karena peserta sudah lelah. Fenomena ini dapat memperburuk kualitas keputusan yang diambil.

Budaya ini juga dapat menciptakan eksklusivitas. Tidak semua mahasiswa memiliki fleksibilitas untuk ikut serta dalam rapat malam, terutama mereka yang tinggal jauh dari kampus atau memiliki tanggung jawab lain, seperti pekerjaan paruh waktu atau kewajiban keluarga.

Namun, budaya rapat hingga malam juga memiliki berbagai dampak negatif yang dapat merugikan mahasiswa seperti:
a) Kesehatan Fisik dan Mental
Aktivitas hingga larut malam dapat mengganggu pola tidur, menyebabkan kelelahan, dan memicu stres jika dilakukan secara terus-menerus.
b) Menurunnya Produktivitas Akademik
Mahasiswa yang kelelahan akibat rapat malam sering kali kehilangan konsentrasi saat kuliah, yang berdampak pada prestasi akademik mereka.
c) Inefisiensi Waktu
Rapat malam sering kali tidak efektif karena durasi yang panjang dan minimnya struktur diskusi. Hal ini memperburuk kondisi jika keputusan tidak kunjung tercapai.
d) Ketergantungan pada Tradisi Lama
Mahasiswa cenderung mempertahankan budaya rapat malam tanpa mengevaluasi relevansinya dengan kondisi zaman, seperti adanya teknologi komunikasi yang memungkinkan rapat daring.

Ini saya alami sendiri sebagai mahasiswa. Seringkali rapat organisasi atau rapat kepanitiaan diadakan pada malam hari agar dapat menyesuaikan semua jadwal dari partisipan rapat dan jadwal kuliah tidak ada yang terganggu. Namun, terkadang permasalahan yang sering saya hadapi adalah, susahnya tidak ada transportasi umum.

Semakin malam, semakin sepi dan susah juga untuk mencari ojek online maupun ojek pangkalan disekitar kampus. Mau tak mau harus nebeng dengan teman yang memiliki motor atau patungan pulang naik ojek online yang harganya lumayan mahal agar dapat kembali ke kos dengan selamat.
Bagi mahasiswa yang memiliki kendaraan sendiri, rapat hingga malam bukan hal yang masalah, namun bagi kami yang tidak memiliki kendaraan, terkadang harus memutar otak agar dapat menghadiri rapat dan pulang dengan selamat.

Baca Juga  Sutan Riska Kembali Dianugerahi Penghargaan Nasional, Terbaik Delapan Tingkat Nasional dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Agar budaya rapat hingga malam tetap memberikan manfaat tanpa mengorbankan aspek lain dalam kehidupan mahasiswa, diperlukan beberapa langkah perbaikan seperti:
a) Perencanaan Agenda yang Efisien
Agenda rapat harus disusun secara detail dan jelas. Hal ini mencakup alokasi waktu untuk setiap topik pembahasan sehingga rapat dapat berjalan lebih terfokus.
b) Penggunaan Teknologi
Memanfaatkan platform digital seperti Google Docs atau Microsoft dapat membantu anggota organisasi mendiskusikan beberapa hal secara online sebelum rapat berlangsung.
c) Penjadwalan yang Tepat
Jika memungkinkan, rapat dijadwalkan pada waktu yang tidak terlalu malam. Alternatifnya, rapat dapat dibagi menjadi beberapa sesi pendek yang lebih fokus.
d) Fasilitator yang Kompeten
Pemimpin rapat perlu memiliki kemampuan untuk menjaga diskusi tetap terarah, memastikan semua suara terdengar tanpa berlarut-larut, serta menutup rapat tepat waktu.
e) Evaluasi Budaya Organisasi
Organisasi mahasiswa perlu secara rutin mengevaluasi budaya mereka, termasuk kebiasaan rapat hingga malam, untuk memastikan bahwa hal tersebut masih relevan dan memberikan dampak positif.

Rapat hingga larut malam mencerminkan semangat dan dedikasi mahasiswa, tetapi kebiasaan ini dapat berdampak negatif jika tidak dikelola dengan baik. Organisasi mahasiswa perlu menciptakan budaya kerja yang lebih sehat dan efisien, sehingga semangat berorganisasi tetap terjaga tanpa mengorbankan kesejahteraan anggotanya.

Dengan manajemen waktu yang tepat, organisasi dapat berjalan lebih efektif dan tetap mendukung perkembangan pribadi anggotanya. (Husnul Chotimah, mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah dari Universitas Andalas)

Baca berita lainnya di Google News




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *