Berita  

Lancarnya Transportasi di Sumatera, Pukul 08.30 dari Bogor, Pukul 11.00 Finish di Lubuk Alung

Salah satu armada PO Transport Express Jaya (Instagram @uda.truckbuscarspotter)
Salah satu armada PO Transport Express Jaya (Instagram @uda.truckbuscarspotter)

PADANG-Pembangunan tol memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Bukan cuma soal konektivitas antardaerah, tapi juga mempercepat pergerakan masyarakat, barang dan jasa.

Ini kisah nyata tentang manfaat tol yang tak lagi bisa didustai. Tol mempermudah transportasi darat. Hubungan antarpulau tak lagi membutuhkan waktu lama. Tol memperpendek waktu perjalanan serta menciptakan efisiensi biaya.

Pada 3 Januari 2024, pukul 04.00, bus Transport Express Jaya sudah istirahat di Rumah Makan Umega, Gunung Medan, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Di rumah makan itu pula penumpang Salat Subuh.

Rumah Makan Umega merupakan tempat istirahat terakhir bus Sumbar-Jabodetabek. Bagi warga Sumbar, kalau sudah sampai di rumah makan tersebut, berarti sudah sampai di kampung halaman, walau harus melanjutkan perjalanan lebih kurang empat jam lagi untuk sampai di kampung halaman yang sesungguhnya. Setelah istirahat di Gunung Medan, bus melanjutkan perjalanan ke Solok. Di Terminal Bareh Solok, bus baru akan mencapai tujuan masing-masing, ke Utara dan Selatan Sumatera Barat.

Bus yang parkir di Rumah Makan Umega Gunung Medan itu, kemudian viral di media sosial. Sebab, biasanya, pada pukul 04.00 itu, biasanya bus Jabodetabek-Sumbar masih berada di seputaran Bayung Lencir, Sumatera Selatan hingga batas Jambi. Kalau pukul 04.00 sudah masuk Gunung Medan, itu artinya banyak waktu yang terpotong untuk sebuah perjalanan dari Jabodetabek ke Sumbar.

Bus Transport Express Jaya itu dikemudikan Redi. Para pecinta bus Ranah Minang memanggilnya dengan Ajo Redi. Dia merupakan pengemudi dari bus yang berkantor pusat di Pariaman itu.

Dikutip dari YouTube Yudi Kota Lintas, Ajo Redi menyebutkan, dia berangkat 2 Januari 2024 dari Bogor, Jawa Barat. Dia berangkat dari kota hujan itu sekitar pukul 08.30 WIB.

Ajo Redi menyebutkan, dari Bogor bus melaju menuju Kreo. Tiba di Kreo sekitar pukul 10.45, kemudian lanjut perjalanan menuju Merak sekitar pukul 11.00 WIB. “Kami naik kapal pukul 12.00,” katanya.

Penyeberangan dari Merak ke Bakauheni membutuhkan waktu lebih kurang 2,5 jam pelayaran.

Ditambahkan Ajo Redi, jalanan di Jakarta waktu itu lengang karena masih suasana tahun baru. “Sepanjang perjalanan lancar dan tak ada kendala berarti. Tak ada macet,” kata dia.

Dijelaskan Ajo Redi, sekitar pukul 08.00, bus sudah melintas di daerah Silungkang, Kota Sawahlunto. Kemudian, sekitar pukul 09.00 melintas di Singkarak dan finish di Lubuk Alung sekitar pukul 11.00. Lubuk Alung merupakan markas besar bus tersebut.

Hitung-hitungan perjalanan Ajo Redi membawa penumpang, kalau patokan masuk Sumbar ketika bus sampai di Umega Gunung Medan, maka perjalanan Jabodetabek-Sumbar cuma 20 jam saja. Kalau hitungannya sampai ke pemberhentian terakhir, maka perjalanan bus Transport Express Jaya itu butuh waktu 27 jam untuk menempuh perjalanan Padang-Jakarta yang berjarak 1.300 kilometer lebih.

Baca Juga  Naik Bus dari Jakarta ke Padang, Sebaiknya Jangan Makan Jengkol Dua Hari Jelang Keberangkatan

Perjalanan bus yang demikian cepat, lantaran Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang telah tersambung sejak dari Bakauheni, Lampung hingga ke Kramasan di Sumatera Selatan. Perjalanan yang cepat itu, membuktikan tol memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam bepergian dan mengurangi biaya logistik bagi distribusi barang dan jasa.

Satu dekade sudah tol ada di tanah Sumatera. Dulu, banyak orang yang pesimis dengan proyek infrastruktur. Bahkan, tak sedikit pula yang mendoakan semoga jadi proyek gagal. Bahkan, ada menyebut pembangunan tol di Sumatera sebagai proyek sesat dan investasi tak akan kembali. Ternyata, pesimisme terbantah dengan sendirinya satu dekade kemudian.

Membangun infrastruktur tak bisa hitung-hitungan investasi cepat kembali. Membangun infrastruktur menyangkut masa depan. Menyangkut daya saing, menyangkut peradaban sebuah negara maju.

Nikmat mana lagi mau didustai ketika Sumbar-Jabodetabek bisa ditempuh dengan waktu 27 jam? Dulu, sebelum ada tol, untuk sampai di Jakarta dari Padang butuh waktu lebih kurang 48 jam. Bus melintasi jalur tengah dan melewati tiga provinsi, masing-masing Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung. Terbukti, tol memangkas waktu dan memperpendek jarak.

Banyak kisah tentang perjalanan Sumatera-Jawa ketika melewati lintas tengah. Banyak masyarakat yang berani melakukan perjalanan di malam hari karena khawatir aksi kejahatan. Bahkan, kalau melewati lintas tengah, pengendara akan konvoi dengan kendaraan lain. Tujuannya, kalau terjadi sesuatu yang tak diinginkan bisa saling memberi pertolongan.

Pembangunan tol mampu menghilangkan tentang kisah-kisah seram akibat kejadian di perjalanan dari mereka yang terbiasa melintas Sumatera-Jawa di jalur tengah. Tol menghadirkan cerita tentang masa depan dan peradaban modern. Infrastruktur merupakan modal untuk melompat lebih tinggi agar bangsa ini tak tertinggal jauh dari negara lain. Negara lain juga terus berlari membangun infrastruktur.

Memang, tiap zaman memiliki sejarah. Ada tinta sejarah yang yang tak mungkin dihapus dari satu masa ke masa. Sejarah jadi guru kehidupan. Historia vitae magistra.

Pada era 1970-an hingga 1980-an, merupakan masa-masa paling sulit dalam transportasi di lintas Sumatera.

Generasi pada masa itu memiliki kenangan tentang betapa beratnya medan. Lintas Sumatera Sebagian besar masih berupa jalan tanah. Kalau mobil terperosok ke lubang, penumpang dan kru bisa bermalam agak dua hari di lokasi kejadian.

Baca Juga  Ini Kota di Sumbar yang Berhasil Bangun dan Manfaatkan Terminal Secara Optimal

Belum ada aspal mulus di lintas Sumatera pada era tersebut. Bukan cuma jalan tanah, juga masih sedikit jembatan yang dibangun pemerintah.

Pada era itu, sebuah bus atau kendaraan lainnya harus menggunakan pelayangan untuk menyeberangi sungai.

Kini, jalan nasional di lintas Sumatera sudah terbilang baik, kendati banyak juga jalan rusak di sejumlah provinsi.

Selain jalan nasional, Sumatera kini terhubung tol dan jalan layang yang terbentang di sejumlah ruas tol.

Beda zaman, beda cerita. Bila dulu harus bermalam di jalan lantaran bus terperosok masuk lubang, kini masyarakat menikmati senandung malam di bus yang ditumpangi.

Hutama Karya yang ditugaskan pemerintah membangun tol di Sumatera, telah berhasil membangun lebih kurang 1.030 kilometer yang tersebar pada sejumlah provinsi.

Sejumlah ruas tol telah operasional. Tol itu telah dinikmati masyarakat yang melakukan perjalanan antarprovinsi.

Selain yang telah operasional, juga banyak ruas tol yang masih dalam pembangunan, termasuk Tol Padang-Sicincin.

Hingga saat ini, Hutama Karya telah membangun Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang lebih kurang 1.030 kilometer, termasuk dengan jalan tol dukungan konstruksi. Ruas tol yang paling banyak operasional adalah di Sumatera Selatan.

Ruas tol konstruksi 230 kilometer dan 800 kilometer ruas tol operasi. Adapun ruas yang telah beroperasi secara penuh diantaranya yakni Tol Bakauheni– Terbanggi Besar (140 kilometer), Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung (189 kilometer).

Kemudian Tol Palembang – Indralaya (22 kilometer), Tol Medan – Binjai (17 kilometer), Tol Pekanbaru – Dumai (132 kilometer), Tol Sigli Banda Aceh Seksi 2 – 6 (49 kilometer) serta Tol Binjai–Langsa Seksi Binjai – Tanjung Pura (38 kilometer), Tol Bengkulu – Taba Penanjung (17 kilometer), Tol Pekanbaru – Bangkinang (31 kilometer), Tol Bangkinang – XIII Koto Kampar (25 kilometer), Tol Indralaya – Prabumulih (64 kilometer), Tol Indrapura – Kisaran (48 kilometer), Tol Tebing Tinggi – Indrapura (28,5 kilometer). (ed)

Baca berita lainnya di Google News




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *