PADANG-Tiap kilometer rel kereta api di Sumatera Barat memiliki sejarah dan nostalgia. Kejayaan masa lalu itu yang ingin dibangkitkan kembali. Caranya, pemerintah menginginkan reaktivasi jakur keretapi.
Sangat disayangkan kalau terowongan rel kereta api itu tak diaktifkan lagi. Betapa susahnya nenek moyang membangun jaringan rel kereta api itu.
Belanda dulu menerapkan kerja paksa. Para pekerja dipaksa kerja berat, tanpa upah. Kerja rodi merupakan penindasan yang dilakukan pemerintah kolonial.
Akan tetapi, terdapat narasi lain yang mengatakan, sebenarnya pemerintahan kolonial memberikan anggaran untuk pembangunan infrastruktur tersebut.
Gubernur Jenderal Daendels sebenarnya menyiapkan 3.000 ringgit sebagai upah untuk para pekerja.
Tetapi, menurut sejumlah sumber, banyak upah yang tidak tersalurkan sampai ke tangan pekerja. Banyak diantaranya yang dikorupsi para pejabat dalam negeri atau bupati daerah setempat.
Sungguh sebuah ironi jika cerita sebenarnya yang membuat penderitaan kepada rakyat Indonesia ternyata juga orang Indonesia sendiri.
Kejayaan kereta api di Sumbar juga terlihat dari bukti sejarah berupa terowongan. Dikutip dari akun Instagram Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas II Padang, ciri khas adalah memiliki rel bergigi.
Selain itu, juga ada terowongan kereta api di Sumbar yang merupakan terowongan kereta api terpanjang kedua di Indonesia.
Tia terowongan itu adalah:
- Terowongan Panorama 1 dan 2 yang terletak di Lembah Anai. Terowongan itu dibangun Belanda pada 1891 dengan Panjang 35 meter (Panorama 1) dan 75 meter (Panorama 2).
- Terowongan KA Lubang Kalam yang terletak di antara Stasiun Muaro Kalaban-Stasiun Sawahlunto. Terowongan ini dibangun oleh Belanda pada 1892-1894 dengan panjang 828 meter dan menjadikannya sebagai terowongan kereta api terpanjang kedua di Indonesia.
- Terowongan Kupitan yang terletak di antara Stasiun Muaro Kalaban-Stasiun Padang Sibusuk dan dibangun pada 1920 yang memiliki panjang 600 meter.