PADANG–Kereta api memiliki sejarah panjang di Indonesia. Keretapi merupakan warisan pemerintah colonial Belanda. Penjajah membangun rel bukan semata dei perang, namun juga memperlancar aktivitas ekonomi.
Di Hindia Belanda (kini Indonesia) kereta api mulai dibangun pada 1864. Waktu itu Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele membangun jalur kereta api Semarang Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen.
Setelah itu, pembangunan jalur kereta api terus berkembang. Pada 8 April 1875, jalur kereta api negara dibangun melalui Staatssporwegen (SS) dengan rute pertama meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang.
Berlanjut ke luar Jawa, pada 1876-1922, pembangunan jalur kereta api dimulai di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, hingga Sulawesi.
Di Sumatera Barat, berdasarkan laporan seorang arsirek Mr Cluysenaer pada awal 1876 melakukan survei perkeretaapian lainya di dataran tinggi Padang yang bertujuan untuk menemukan jalur kereta api berbeda yang akan menghubungkan kota-kota utama lainnya. Hasil survei yang dituangkan dalam laporan bertanggal 22 Maret 1876.
Bila Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele yang membangun rel, maka Gubernur Mahyeldi yang ingin mengaktifkan kembali rel yang tak aktif.
Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi menyatakan, reaktivasi jalur kereta api di sejumlah wilayah telah masuk dalam agenda pemerintah provinsi.
“Jalur Padang-Padang Pariaman-Kayu Tanam yang sudah ada, termasuk Padang,” ujar Mahyeldi di Padang, Sabtu (4/5/2024).
Mahyeldi menuturkan, selain jalur tersebut, reaktivasi juga akan dilakukan pada jalur Padang Panjang-Sawahlunto, Padang Panjang-Bukittinggi dan Bukittinggi-Payakumbuh.
Koordinasi intensif dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan terus dilakukan.
“Kita sudah berkoordinasi dengan Dirjen Perkeretaapian. Kita sedang mencari lokomotif yang sesuai dengan jalur rel di Sumbar. Kemungkinan lokomotifnya ada di Swiss,” ungkap Mahyeldi.
Di Padang, kereta api difokuskan sebagai angkutan publik. “Hal ini (reaktivasi) sudah kita tuangkan dalam RPJ 2025 Sumatera Barat,” kata Mahyeldi.
Reaktivasi jalur kereta api di lintas Padang-Bukittinggi tidak hanya akan meningkatkan sektor transportasi, tetapi juga membangkitkan kembali nostalgia masa lampau dan membuka peluang baru bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. (*)