PADANG-Pemerintah Provinsi Sumatera Barat tengah mencari lokomotif bergigi yang pabriknya di Swiss. Pabrik itu sudah tak lagi produksi lokomotif BB-204.
Kalau memang tak ada kereta tua itu, mudah-mudahan saja industri kereta api di Indonesia bisa membuat loko baru yang sesuai dengan rel peninggalan Belanda.
Kalau harus bangun Shinkansen, nggak sanggup deh. Jepang dalam membangun kereta cepat itu harus berutang 31 ke Bank Dunia.
Nilai investasi tak tanggung-tanggung. Benar-benar panjang jika dituliskan dalam rupiah. Penuh kalkulator oleh angka nol. Pusing kepala. Pokoknya, nyerah deh.
Pembangunan kereta cepat dari Jakarta ke Bandung saja butuh investasi Rp108 triliun dan baru akan balik modal 70 tahun ke depan.
Jadi, mau tak mau, dukung saja rencana Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk mengaktifkan Kembali jalur kereta. Kalau bangun jaringan baru, investasi nggak kaleng-kaleng. Dijamin gak bakalan sanggup.
Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi menyatakan, reaktivasi jalur kereta api di sejumlah wilayah telah masuk dalam agenda pemerintah provinsi.
“Jalur Padang-Padang Pariaman-Kayu Tanam yang sudah ada, termasuk Padang,” ujar Mahyeldi di Padang, Sabtu (4/5/2024).
Mahyeldi menuturkan, selain jalur tersebut, reaktivasi juga akan dilakukan pada jalur Padang Panjang-Sawahlunto, Padang Panjang-Bukittinggi dan Bukittinggi-Payakumbuh.
Koordinasi intensif dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan terus dilakukan.
“Kita sudah berkoordinasi dengan Dirjen Perkeretaapian. Kita sedang mencari lokomotif yang sesuai dengan jalur rel di Sumbar. Kemungkinan lokomotifnya ada di Swiss,” ungkap Mahyeldi.
Di Padang, kereta api difokuskan sebagai angkutan publik. “Hal ini (reaktivasi) sudah kita tuangkan dalam RPJ 2025 Sumatera Barat,” kata Mahyeldi.
Reaktivasi jalur kereta api di lintas Padang-Bukittinggi tidak hanya akan meningkatkan sektor transportasi, tetapi juga membangkitkan kembali nostalgia masa lampau dan membuka peluang baru bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. (*)