PADANG-Ketika bus pariwisata jadi sorotan akhir-akhir ini, saatnya karya wisata anak sekolah dengan moda transportasi kereta api.
Tujuannya, selain merupakan moda transportasi yang murah, namun wisata dengan kereta api juga sarat dengan sejarah. Dengan menggunakan kereta api, anak didik bisa diajarkan tentang sejarah.
Generasi sekarang harus paham dengan perjuangan dan pengorbanan para pejuang. Tak mudah untuk mewariskan sesuatu kepada generasi sekarang.
Para generasi terdahulu menjadi korban kerja paksa. Mereka disuruh mengerjakan sesuatu yang berat. Dengan memahami sejarah, generasi sekarang lebih menghargai sejarah perjuangan.
Warisan kolonial sekarang harus dijaga.
Khusus di Sumatera Barat, studi tour sejarah itu bisa untuk lintasan kereta Padang ke Pariaman maupun ke Sawahlunto.
Tak banyak yang tahu kalau Sumbar dan Riau pernah terhubung jalur kereta api. Kalau di Sumbar jalur kereta api dibangun Belanda, maka rel Sumbar-Riau dibangun Jepang.
Kisah pembangunan rel itu tak terperi. Kejam sekali bangsa Jepang waktu itu memperlakukan pekerja.
Penjajahan Jepang mempekerjakan romusa dari 1942 hingga 1945 di Riau. Ribuan rakyat dipekerjakan membangun rel kereta api menghubungkan Riau ke Sijunjung.
Jalur kereta api yang dibangun Jepang membentang dari Pekanbaru, menuju ke Kampar Kiri, Kampar terus ke Sijunjung sepanjang 220 kilometer.
Pembangunan jalur kereta itu pada 1942, saat Jepang menang perang di Asia. Rel kereta dibangun guna memperkuat basis militer Jepang di darat dan laut.
Militer Jepang berpusat di Bukittinggi. Angkatan laut dipusatkan di Singapura. Militer Angkatan Laut Jepang sangat membutuhkan pasokan bahan baku batu bara sebagai bahan bakar kapal. Rel kereta itu untuk kebutuhan pasokan batu bara untuk kapal perang mereka di Singapura.
Begitu pula dengan sejarah kereta api di Sumbar. Pemerintah kolonial terapkan kerja paksa terhadap penduduk lokal.
Bisa dibayangkan betapa beratnya membuat terowongan maupun membangun jembatan perlintasan kereta api. (*)