PADANG-Kereta api merupakan moda transportasi yang pernah punya masa jaya di Sumatera Barat. Banyak faktor yang memicu Mak Itam ditinggalkan penggemarnya.
Kejayaan kereta mulai mundur pada 1970-an sampai akhirnya sebagian jalur kereta dihentikan operasionalnya pada 1973 karena kalah bersaing dengan moda transportasi darat lainnya.
Faktor lain, berkurangnya produksi batubara di Sawahlunto. Dulu, batubara dari sana dibawa ke Teluk Bayur, selanjutnya diekpsor ke Belanda.
Pada 1970-an, masyarakat telah berpaling ke transportasi darat dengan menggunakan bus. Seperti bus ke Bukittinggi, Padang Panjang dan Pariaman. Bus juga ada dari Padang hingga Sawahlunto. Hal inilah yang membuat kereta jadi kalah saing.
Kini, kereta api dibenahi lagi. Kereta ke Pariaman makin diminati. Ada pula kereta bandara. Selain itu, stasiun juga dipercantik. Ini investasi agar masyarakat mau berpaling dari kendaraan pribadi ke transportasi massal.
Banyak orang kagum ketika berkunjung ke stasiun sekarag. Investasi pemerintah terlihat nyata dengan kehadiran fasilitas yang kini representatif dan terkesan menuju stasiun modern.
Selain itu, kini ada pula pusat berbelanjaan yang gagah di Stasiun Padang. Bangunan perbelanjaan itu merupakan revitalisasi bangunan tua milik PT KAI. Bangunan yang tadinya angker, kini jadi gagah. Bangunan yang tak terurus, kini jadi bermanfaat dan menambah pula pendapatan negara bukan pajak (PNBP). (*)