Berita  

Bencana Sering Terjadi, Ilmu Pengetahuan Diabaikan, Siapa yang Izinkan Bangunan di Bantaran Sungai?

Ruas Padang-Bukittinggi putus di Lembah Anai. Gubernur Mahyeldi tinjau kerusakan akses utama Padang-Bukittinggi itu. (biro adpim)
Ruas Padang-Bukittinggi putus di Lembah Anai. Gubernur Mahyeldi tinjau kerusakan akses utama Padang-Bukittinggi itu. (biro adpim)

PADANG-Bencana alam sering terjadi. Bencana baling banyak di Indonesia adalah longsor dan banjir. Indonesia merupakan negara tropis. Curah hujan tinggi. Tiga daerah di Sumatera Barat dilanda bencana air bah, Sabtu (11/5/2024) malam.

Ilmu pengetahuan sering diabaikan di Indonesia. Ilmu pengetahuan diajarkan sejak SD hingg perguruan tinggi. Ilmu itu tentang pentingnya mengelola dan menjaga lingkungan.

Faktanya, ilmu yang diajarkan di sekolah hingga bangku kuliah yang kurikulumnya disusun pemerintah, malah diabaikan sendiri oleh pemerintah.

Contohnya, kalau tak ingin terjadi banjir, maka hutan harus dijaga. Faktanya, hutan malah dibabat. Kayunya diambil dan tak ada penghijauan lagi.

Hutan harus dipelihara karena hutan merupakan hulu sungai. Faktanya, izin tambang justru banyak diberikan, walau lokasinya di tengah hutan.

Baca Juga  Tak Jadi Melaju Lebih Kencang Bersama Audy, Mahyeldi Maju Bersama Vasco di Pilgub Sumbar

Ilmu pengetahuan lainnya, jangan membangun di bantaran sungai karena suatu saat debit air akan melebihi daya tamping sungai itu sendiri.

Kalau melebihi daya tampung, maka air akan meluap ke mana-mana. Inilah yang Namanya banjir.

Ilmu pengetahuan mengajarkan, jangan mengolah atau mendirikan bangunan di kawasan hutan lindung, faktanya, ada cafe, kolam renang dan hotel di hutan lindung.

Terkadang aneh, namun itulah fakta antara ilmu pengetahuan dan pelaksanaan di lapangan. Ketika ada aturan yang melarang pendirian bangunan di bantaran sungai, malah ada kafe yang dibangun di pinggir sungai. Lalu, siapa yang izinkan?

Mereka yang mengizinkan adalah orang yang terdidik, punya banyak gelar, paham tentang hukum dan lingkungan, namun tetap tanda tangan ketika perizinan sampai di mejanya.

Baca Juga  Dulu Mudik ke Sumbar dengan Bus Kaca Geser, Kini Jadi Sultan dengan Bus Sleeper

“Sedih kita melihat tata kelola lingkungan di negeri ini,” kata Yeti, seorang mahasiswa di Padang, Senin (13/5/2024). (*)

Baca berita lainnya di Google News




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *