PADANG-Sebanyak 26 mahasiswa yang berasal dari berbagai universitas di Indonesia yang tergabung dalam mahasiswa pertukaran di Universitas Andalas dengan dosen pembimbing Andi Rusta dan Abang Rantau Taufikkurahman serta Kak Weli Fitria sebagai LO mengadakan kajian budaya bersama budayawan Minangkabau.
Kegiatan yang bertajuk kebhinekaan tersebut berlangsung Sabtu (23/9/2023) di ruang sidang dekanat Fisip Universitas Andalas, kampus Limau Manis, Padang.
Kegiatan tersebut di mulai dengan membedah film Liam dan Laila. Film tersebut mengambil latar belakang adat istiadat Minangkabau yang salah satunya adalah budaya perkawinan Minangkabau. Dalam prosesi bedah film tersebut mahasiswa disuguhkan dengan bagaimana masyarakat Minangkabau sangat memperhatikan nilai–nilai adat istiadat budaya dan sangat selektif dalam memilih pasangan untuk anak perempuan mereka.
Dalam film tersebut, dikisahkan seorang laki-laki yang berkewarganegaraan Prancis ingin menikahi seorang perempuan Minang, namun tidak mendapatkan restu dari keluarganya terutama dari bundo kanduang.
Bundo kanduang merupakan saudara perempuan tertua dalam suku tersebut yang juga sebagai penjaga rumah gadang dengan pemegang hak penuh dalam penentuan keberlangsungan kaum atau sukunya.
“Orang Minangkabau sangat menjaga adat istiadat terutama dalam keberlangsungan kaumnya melalui pernikahan. Kita lihat tadi bagaimana lamaran Liam sangat ditentang para tetuah suku saat ingin menikahi Laila terutama oleh bundo kanduang dikarenakan Liam merupakan seorang non muslim dan juga bukan merupakan warga negara Indonesia sehingga hal tersebut sangat bertentangan dengan adat istiadat Minangkabau,” kata narasumber Lusi Puspita Sari.
Narasumber menerangkan, dalam penentuan perjodohan orang Minang itu berada dalam tanggung jawab mamak atau saudara laki-laki dari pihak ibu, sehingga segala sesuatu mengenai kebutuhan dan persiapan perkawinan dalam budaya minang memang tanggung jawab mamak atau paman.
“Saya begitu senang mengikuti kegiatan ngaji budaya ini karena saya dapat pengetahuan baru tentang kebudayaan Minangkabau yang sangat berbeda dengan yang ada di daerah saya,” terang Evi, salah satu mahasiswa yang berasal dari Universitas Negeri Semarang. (*)