PADANG-Memasuki tahun tahun politik mulai bermunculan para aktor aktor politik yang ingin mencuri simpati masyarakat. Beberapa nama besar para bakal calon presiden mulai bermunculan. Tak heran, banyak dari beberapa calon tersebut muncul dengan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan pesona dalam mencari simpati publik.
Jelang pemilu, orang sibuk membangun citra dan menggiring opini publik. Masyarakat akrab dengan yang namanya pencitraan.
Sebenarnya, sah-sah saja jika bakal calon menampakkan citranya kepada masyarakat. Hal ini bertujuan guna mendapatkan simpati dan kepercayaan publik. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, pencitraan mulai dianggap sebagai tipu muslihat saja.
Para calon dengan gencar melakukan perbaikan citra di mata masyarakat. Tetapi ketika sudah terpilih, semua hanya tinggal kenangan. Bahkan kinerja yang awalnya luar biasa saat kampanye, tiba tiba hilang bak ditelan bumi.
Masyarakat mengalami trauma ketika melihat kegiatan pencitraan ini. Banyak masyarakat menilai pencitraan sudah basi, tidak menjadi tolak ukur lagi bagi masyarakat untuk menentukan pilihannya pada pemilihan umum. (Alqouri Muhammad Farhan, Mahasiswa FISIP Unand)